Drone Emprit: Medsos Dipenuhi Kemarahan Akibat Deforestasi

1 day ago 3

PEMANTAU media sosial Drone Emprit menunjukan platform media sosial didominasi sentimen negatif karena lambatnya penanganan bencana Sumatera hingga desakan status bencana nasional.

Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca

“Isu utamanya seragam, kemarahan soal deforestasi, politisasi bantuan, narasi ketimpangan "Jawasentris", dan lambatnya penetapan status bencana nasional,” kata pendiri media kernel Drone Emprit, Ismail Fahmi, dalam keterangan yang dipublikasikan di situs Drone Emprit, 10 Desember 2025.

Analisis ini merupakan hasil pemantauan Drone Emprit terhadap tujuh platform media sosial pada 24 November sampai 7 Desember 2025. Fokus analisis mencakup tren isu, sentimen, hingga peta percakapan dengan keywords seperti #PrayForSumatra, #PrayForAceh hingga #AlleyesonSumatra. 

Tagar #PrayForSumatra menggema seiring lonjakan korban jiwa dan kerusakan infrastruktur. Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara mendominasi atensi publik nasional karena skala bencana yang meluas di tiga provinsi tersebut. 

Ismail mengatakan isu ini memicu 304.056 mentions dengan interaksi raksasa mencapai 974 Juta. Berita daring memuncak 28 November saat instruksi Presiden Prabowo Subianto turun. Namun, percakapan Medsos justru meledak 3 Desember yang dipicu kemarahan atas isu politisasi bantuan beras dan kabar pilu dari warga yang terisolasi total. 

“Di X (dulu Twitter) sentimen negatif sebesar 60,2 persen, dengan hanya 24,6 persen sentimen positif. Adapun 15,2 persen netral,” kata Ismail. 

Facebook mengapresiasi kehadiran fisik Prabowo. Namun di Instagram dominan negatif. Isunya menyoroti ketimpangan penanganan dibanding Jawa dan desakan agar menteri kehutanan mundur. Sentimen negatif dipenuhi kemarahan isu deforestasi, kritik Jawasentris, lambatnya status bencana nasional, politisasi bantuan dengan karung beras bergambar presiden, kritik pejabat absen dan lambatnya pejabat merespons, hingga pernyataan pejabat yang denial dan nirempati.

“Sedangkan sentimen positif di X seputar instruksi dan kunjungan presiden ke lokasi bencana, serta mobilisasi besar TNI-Polri menjangkau wilayah terisolasi,” ujar Ismail. 

Sentimen negatif di Threads lebih besar. Sebanyak 72,8 persen memandang negatif karena pemerintah dinilai abai bencana, lambatnya darurat bencana nasional, dugaan tambang ilegal dan pembalakan liar, serta respons pemerintah dengan membandingkannya saat pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono saat bencana tsunami Aceh. 

Instagram juga dipenuhi sentimen negatif dengan 69 persen. Pengguna Instagram membandingkan respons bencana Sumatera dengan yang terjadi di Jawa. Selain itu, pengguna Instagram juga dipenuhi desakan penerapan bencana nasional, desakan Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni untuk mundur, dan keterlibatan korporasi terhadap kerusakan lingkungan. 

Sentimen positif di Instagram hanya 17,1 persen dengan apresiasi solidaritas warga yang kumpulkan donasi Rp 17 miliar dan distribusi logistik via helikopter di Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. Sementara 13,5 persen netral. “Youtube juga kritis soal pejabat yang dinilai abai,” ujar Ismail. 

Sebanyak 42,9 persen pengguna YouTube diisi dengan kemarahan terhadap Bupati Aceh Selatan yang pergi umrah saat bencana. Netizen YouTube juga mendesak Menhut mundur, menyebut daerah terisolir dengan Kota Zombie, dan bantuan lambat pemerintah.

“Uniknya, TikTok dominan positif berkat visual aksi heroik pilot helikopter & Gibran yang naik motor trail menembus lokasi isolasi. Visual berbicara lebih kuat di sini,” ujar Ismail.

Sentimen positif di Tiktok cukup besar dengan 45,3 persen. Sedangkan sentimen negatif sebesar 44,7 persen. Sentimen positif yang cukup besar juga muncul di Facebook. Di platform ini, sebanyak  31,7 persen positif mengapresiasi Prabowo dan interaksinya dengan pengungsi. Netizen FB juga mengapresiasi distribusi logistik dan pengerahan kapal perang untuk menjangkau daerah terdampak. 

Adapun sentimen negatif sebesar 50,5 persen di FB diisi oleh netizen sedih karena warga terdampak menjarah toko, kritik kinerja Menhut, dan desakan Menhut bertanggung jawab atas bencana Sumatera. 

Ismail menjelaskan sentimen negatif memuncak 3 Desember akibat isu politisasi bantuan dan viralnya kondisi warga. Tren mulai membaik per 7 Desember saat pemimpin negara turun langsung memberikan kepastian rehabilitasi hunian dan infrastruktur. 

Emosi publik meledak pada 28 November karena penyangkalan awal pejabat soal isu lingkungan. Ketegangan baru mereda setelah 4 Desember saat pemerintah berhenti defensif dan mulai melakukan aksi nyata perbaikan di lapangan. 

Read Entire Article