IDAI Soroti Balita Korban Bencana Sumatera Makan Mi Instan

21 hours ago 3

KETUA Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Piprim Basarah Yanuarso menyatakan pemberian mi instan kepada anak balita dalam situasi darurat bencana masih dapat dimaklumi. Menurut dia, dalam kondisi tertentu, pilihan makanan bergizi memang sangat terbatas.

Namun, Piprim menegaskan konsumsi mi instan tidak boleh berlangsung dalam waktu lama. Ia menyebut toleransi hanya dapat diberikan pada masa awal tanggap darurat. “Kondisi darurat itu kan tidak lama, mungkin tiga hari pertama. Kalau memang tidak ada pilihan lain selain mi instan, itu masih bisa dimaklumi untuk bertahan hidup,” ujar Piprim di Kantor IDAI, Salemba, Jakarta, Senin, 22 Desember 2025.

Piprim mengingatkan kebutuhan gizi anak balita sangat berbeda dengan orang dewasa. Jika konsumsi mi instan berlangsung hingga berminggu-minggu, risiko gangguan gizi pada anak akan meningkat.

Kandungan mi instan tinggi karbohidrat dan kadar garam, namun rendah protein dan serat, dapat merusak gizi anak. "Ketika anak, khususnya balita, butuh nutrisi protein hewani yang cukup dengan karbo dan lemaknya, ini tentu akan mengganggu masalah status gizi mereka," kata Piprim.

Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca

Dalam situasi darurat bencana, ujar Piprim, idealnya penyediaan dapur Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) juga perlu diperhatikan. Terutama jika akses logistik dan bantuan sudah mulai terbuka. "Apabila sudah ada akses, kondisi ideal tentu saja bikin dapur umum, ya," ucap Piprim.

Namun apabila belum memungkinkan, Piprim menyarankan penggunaan pangan dengan teknologi retort. Teknologi retort ini mengacu pada proses sterilisasi makanan dalam kemasan tertutup menggunakan pemanasan bersuhu tinggi dengan tekanan tertentu. Tujuannya untuk membunuh mikroorganisme patogen dan spora tahan panas yang bisa menyebabkan pembusukan.

Piprim mencontohkan makanan rendang sebagai salah satu asupan ideal di lokasi bencana. "Makanan-makanan ini kan bisa mengandung protein atau karbo yang bisa siap santap tanpa proses yang ribet. Kemarin juga ada yang kirim rendang, makanan awet tapi nutrisinya tinggi, ini juga sangat diperlukan," kata Piprim.

Bencana ekologis menyapu Provinsi Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat sejak 25 November 2025. Mala itu menyebabkan 1.106 orang meninggal, 7 ribu luka-luka, dan ratusan ribu lainnya kehilangan tempat tinggal. Sementara 175 jiwa masih dinyatakan hilang.

Sebanyak 52 kabupaten di ketiga provinsi itu terdampak. Badan Nasional Penanggulangan Bencana atau BNPB melaporkan banjir dan longsor Sumatera menyebabkan kerusakan 147.236 rumah, lebih kurang 1.600 fasilitas umum, 967 fasilitas pendidikan, 434 rumah ibadah, 290 gedung atau kantor, 219 fasilitas kesehatan, hingga 145 jembatan.

Diberitakan di sejumlah media bahwa sekelompok balita hingga anak-anak di lokasi bencana Sumatera, tepatnya di Aceh Tamiang, terpaksa mengonsumsi mi instan selama belasan hari untuk bertahan hidup. 

Read Entire Article