Jemaat GBT Leyangan Semarang Rayakan Natal di Kontrakan

2 days ago 7

TIGA orang duduk di teras rumah di ujung Jalan Kepodang III Perumahan Delta Asri 5, Desa Leyangan, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang, pada Rabu petang, 24 Desember 2025. Mereka menyimak khotbah yang disampaikan dari dalam rumah.

Sekitar 50 orang memenuhi ruang tamu rumah tersebut. Mereka duduk di kursi plastik yang ditata berjajar membentuk leter L. Di hadapan mereka terdapat mimbar kayu berhiaskan salib. Gembala gereja berkhotbah di sana.

Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca

Salib juga terpasang di dinding rumah bercat putih tersebut. Di atasnya terdapat monitor televisi menayangkan penggalan ayat Alkitab dan pujian. Sementara satu pohon Natal berdiri di sudut ruangan. Pohom setinggi satu meter itu dihiasi lampu warna-warni dengan bintang merah di ujung atasnya.

Suara kipas angin di dinding dan plafon rumah mengiringi suara Pendeta Gereja Beth-El Tebernakel atau GBT Leyangan, Paulus Subarto, selama berkhotbah. Tepat pukul 19.00 dia mengakhiri ceramahnya.

Para jemaat kemudian serentak berdiri. Mereka menyanyikan pujian. Sambil memejamkan mata dan mengangkat tangan kanan mereka melantunkan lagu-lagu rohani.

Acara dilanjutkan pembagian kado Natal. Panitia menyiapkan hadiah bagi jemaat pemegang kupon yang telah diundi. Perayaan Natal di GBT Leyangan ditutup doa dan menyantap hidangan bersama-sama.

Ini bukanlah Natal pertama yang mereka rayakan di kontrakan. Mereka telah menempati rumah tersebut sejak 2017. "Bersyukur walaupun sebetulnya kami terbatas tempat," ujar Paulus. "Akhirnya Natal sendiri aja tidak mengundang siapa-siapa."

Dia bersyukur selama ini masyarakat di lingkungan sekitar rumah kontrakan tersebut mendukung aktivitas di gereja. Mayoritas penduduk perumahan itu beragama Islam. 

Rumah tersebut mereka sewa Rp 10 juta per tahun. Jelang pergantian tahun seperti saat ini merupakan tenggat memperpanjang sewa rumah yang juga sekaligus tempat tinggal Paulus itu. "Desember ini habis, Januari harus perpanjang," katanya.

Namun, kini kas gereja untuk memperpanjang sewa rumah baru terkumpul kurang dari Rp 5 juta. "Sementara kondisi jemaat masih seperti ini," tutur Paulus.

Menurut dia, mereka telah memiliki sebidang tanah untuk mendirikan bangunan gereja. Lokasi lahan tersebut berada tak jauh dari rumah kontrakan yang selama ini mereka pakai untuk beribadah.

Mereka juga telah mencicil membangun pondasi pada 2020 lalu. Namun, pembangunan lantas terhenti lantaran permasalahan administrasi. Hingga kini pembangunan belum berlanjut kembali.

Paulus optimistis Natal kali ini menjadi yang terakhir mereka rayakan di kontrakan. Tahun depan mereka bisa melanjutkan pembangunan gereja. Dia menyebut permasalahan administrasi yang sebelumnya mengganjal akan segera rampung. "Sudah tidak ada masalah, tinggal melengkapi berkas," ucapnya.

Read Entire Article