Konsorsium PGE-PLN IP Sepakati Tarif dengan PLN untuk PLTP Ulubelu Bottoming

2 days ago 9

INFO TEMPO - Sinergi dua Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di sektor energi, PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero), memasuki tahap baru dalam pengembangan energi panas bumi.

Melalui afiliasinya, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) (IDX: PGEO) yang berkonsorsium dengan PT PLN Indonesia Power (PLN IP), resmi mencapai kesepakatan tarif listrik dengan PT PLN (Persero) untuk proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Ulubelu Bottoming Unit berkapasitas 30 megawatt (MW).

Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca

PLTP Ulubelu Bottoming Unit merupakan proyek panas bumi berbasis teknologi binary pertama yang dikembangkan bersama oleh PGE dan PLN IP di wilayah kerja eksisting PGE Ulubelu.

Proyek ini memanfaatkan teknologi co-generation untuk mengoptimalkan panas sisa dari pembangkit yang sudah beroperasi, sekaligus menjadi bagian dari tahapan pengadaan Independent Power Producer (IPP) di PLN. Pengembangan ini juga sejalan dengan strategi PGE dalam mengejar target kapasitas terpasang sebesar 1 gigawatt (GW) dalam dua hingga tiga tahun ke depan.

Direktur Eksplorasi & Pengembangan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk, Edwil Suzandi, mengatakan kesepakatan tarif listrik tersebut menjadi langkah signifikan dalam kerja sama PGE dan PLN Indonesia Power.

Tahapan selanjutnya meliputi pendirian joint venture, proses pengadaan Engineering, Procurement, Construction, and Commissioning (EPCC), serta penandatanganan Power Purchase Agreement (PPA). Seluruh proses tersebut ditargetkan berjalan secara simultan mulai Januari 2026 guna mengejar target Commercial Operation Date (COD) pada 2027.

“Transisi energi nasional perlu didorong secara konsisten melalui optimalisasi pemanfaatan energi bersih dan andal yang tersedia di dalam negeri. Sinergi PGE dengan PLN Indonesia Power dalam pengembangan Ulubelu Bottoming Unit diharapkan dapat menjadi model yang direplikasi di proyek bottoming lainnya di wilayah kerja eksisting PGE, seperti Lahendong di Sulawesi Utara dan Lumut Balai di Sumatera Selatan. Ini merupakan kontribusi nyata PGE dalam memperkuat ekosistem transisi energi sekaligus ketahanan energi nasional,” ujar Edwil.

Sebelumnya, pada Agustus lalu, PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero) telah menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) terkait pengembangan energi panas bumi di 19 proyek eksisting dengan total kapasitas mencapai 530 MW. Sinergi tersebut difasilitasi oleh Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara/Danantara Indonesia).

Sejalan dengan akselerasi pengembangan proyek-proyek tersebut, PGE dan PLN IP juga menyepakati Perjanjian Komitmen Konsorsium untuk pengembangan PLTP Ulubelu Bottoming Unit berkapasitas 30 MW serta PLTP Lahendong Bottoming Unit 1 berkapasitas 15 MW. Kedua proyek ini diharapkan dapat menambah kapasitas pembangkit hingga total 45 MW melalui pemanfaatan teknologi yang lebih optimal.

Secara keseluruhan, kerja sama PGE dan PLN membuka potensi pengembangan tambahan kapasitas hingga 1.130 MW dengan estimasi nilai investasi mencapai sekitar US$5,4 miliar. Potensi tersebut berasal dari pengembangan di wilayah kerja yang telah berproduksi sekaligus membuka peluang baru di area-area prospektif.

Sebagai pionir pengembangan energi panas bumi di Indonesia dengan pengalaman lebih dari 40 tahun, PGE saat ini mengelola kapasitas terpasang sebesar 727 MW dari enam wilayah operasi yang dikelola sendiri.

Selain itu, PGE juga tengah mengembangkan sejumlah proyek strategis, antara lain PLTP Hululais Unit 1 dan 2 berkapasitas 110 MW serta beberapa proyek co-generation dengan total kapasitas mencapai 230 MW.(*)

Read Entire Article