Lembaga Perlindungan Konsumen: Pembeli Berhak Menolak dan Lapor Galon Tua

INFO TEMPO – Galon air minum yang telah digunakan bertahun-tahun dan tampak buram masih ditemukan beredar di pasaran. Situasi ini mendorong Komunitas Konsumen Indonesia (KKI) bersama Badan Perlindungan Konsumen Nasional mengingatkan konsumen akan haknya untuk memperoleh galon yang layak demi menjaga kesehatan dan keselamatan.

Ketua KKI David Tobing mengatakan konsumen sepatutnya tidak ragu menyampaikan keberatan apabila menerima galon yang kusam atau penyok. “Konsumen itu punya hak untuk memilih,” ujar David.

Ia menilai, praktik di lapangan kerap menempatkan konsumen pada posisi yang kurang adil. “Galon baru, galon tua, itu harganya sama. Jadi konsumen berhak menolak, minta yang baru. Itu yang paling penting.”

Menurut David, persoalan galon tua tidak semata soal tampilan. Galon kusam menandakan penurunan kualitas plastik yang berpotensi melepas zat berbahaya. “Karena lebih buram, lebih kusam warna galon itu lebih berpotensi bahaya atau menimbulkan penyakit,” kata David.

KKI bahkan menemukan galon dengan kode produksi 2012–2016 masih digunakan di wilayah Jabodetabek. Karena itu, konsumen diimbau memeriksa kondisi fisik dan kode produksi sebelum digunakan.

Untuk menindaklanjuti temuan di lapangan, KKI membuka kanal pengaduan resmi. Pengaduan dapat disampaikan melalui laman resmi tersebut dan akan dihimpun dari berbagai kota sebagai bahan pemantauan bersama. “Kami juga akan membuat satu periode pengaduan dari berbagai kota,” tuturnya.

BPKN pun turun tangan dengan membuka hotline khusus. Anggota BPKN, Fitrah Bukhari, menyebut konsumen bisa langsung melapor jika menerima galon tua. “Bisa mengajukan juga ke BPKN di call center 08153 153 153,” ujarnya. Jika produsen atau penjual tidak mengindahkan keluhan konsumen, Fitrah menyarankan agar mengadukan ke BPKN melalui kanal resmi.

KKI dan BPKN berharap keberanian konsumen menolak galon tua akan menekan peredaran galon tidak layak, sekaligus memaksa produsen menjaga standar demi kesehatan masyarakat. (*)