MBG Jalan saat Libur Sekolah Dinilai Menghamburkan Uang

1 day ago 7

DIREKTUR Ekonomi Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Nailul Huda, mengkritik kebijakan pemerintah yang tetap menjalankan program makan bergizi gratis (MBG) selama masa libur sekolah. Menurut dia, kebijakan tersebut tidak logis dan berpotensi menghamburkan uang negara. “Publik patut bertanya, apa manfaat MBG bagi siswa ketika tidak ada kegiatan belajar mengajar?” kata Nailul dalam pernyataan tertulisnya, Selasa, 23 Desember.

Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca

Nailul menyebut setidaknya ada tiga persoalan utama dari kebijakan tersebut. Pertama, dari sisi anggaran negara. Hingga Desember 2025, tercatat ada 17.555 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang beroperasi. Dengan asumsi tiap SPPG menyediakan 3.000 porsi per hari selama liburan sekolah, ia memperkirakan terdapat sekitar 526,65 juta porsi MBG yang tetap diproduksi.

Dengan harga rata-rata Rp 15 ribu per porsi, Nailul menghitung anggaran yang terserap selama liburan mencapai Rp 7,9 triliun. “Apakah tidak lebih bijak jika anggaran sebesar itu dialihkan sementara untuk membantu masyarakat di Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara yang sedang mengalami kesulitan?” ujarnya.

Ia juga menyoroti potensi keuntungan yang diterima pengelola dapur MBG. Dengan estimasi laba per dapur sekitar 13,33 persen atau Rp 2.000 per porsi, Nailul memperkirakan sekitar Rp 1 triliun berpotensi masuk ke kantong pengusaha SPPG. “Pertanyaannya, siapa pemilik SPPG ini? Jangan sampai yang menikmati justru kroni pemerintah,” kata dia.

Kritik kedua berkaitan dengan kualitas makanan MBG selama liburan. Nailul menilai skema pembagian makanan secara dirapel mendorong penggunaan produk makanan kemasan seperti biskuit, snack ringan, susu, dan roti. Menurut dia, produk-produk tersebut sebagian besar diproduksi oleh perusahaan besar, bukan pelaku usaha mikro dan kecil.

“Uang triliunan rupiah justru mengalir ke konglomerat, bukan ke pedagang sayur di pasar atau petani di daerah,” ujarnya.

Adapun catatan ketiga menyangkut tujuan awal program MBG untuk membentuk pola makan sehat anak. Nailul mempertanyakan nilai gizi makanan kemasan yang dibagikan selama liburan dibandingkan menu MBG saat hari sekolah yang terdiri dari sayur, protein, karbohidrat, dan vitamin. “Apakah makanan kemasan itu setara gizinya?” kata dia.

Menurut Nailul, masa libur sekolah seharusnya dimanfaatkan sebagai momentum evaluasi menyeluruh terhadap pelaksanaan MBG. Ia meminta pemerintah tidak memaksakan keberlanjutan program jika manfaatnya bagi anak tidak optimal. “Jangan sampai libur sekolah justru dijadikan waktu untuk mempercepat balik modal pemilik SPPG,” ujarnya.

Ia menegaskan tidak menolak tujuan program MBG sebagai program prioritas pemerintah. Namun, ia menilai alokasi anggaran harus mempertimbangkan kondisi sosial dan kebutuhan masyarakat yang lebih mendesak.

Read Entire Article