Kata Pengurus Wilayah PBNU soal Islah Gus Yahya-Rais Aam

1 day ago 5

SEJUMLAH pengurus wilayah organisasi Nahdlatul Ulama atau PWNU merespons kesepakatan islah antara Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf dan Rais Aam Miftachul Akhyar. Ketua PWNU DKI Jakarta Samsul Ma'arif mengatakan jajarannya menyambut baik keputusan tersebut.

‎"Pada prinsipnya kami dalam rapat pertama kali berharap agar ada islah antara ketua umum dan Rais Am PBNU," ujarnya saat dihubungi pada Jumat, 26 Desember 2025.

Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca

Samsul berujar dinamika internal yang melanda organisasi sebagai hal wajar. Namun, Samsul mengatakan saat ini sudah saatnya berbenah untuk perbaikan organisasi warga nahdliyin tersebut. "Islah adalah keniscayaan. Dinamika organisasi sering terjadi, tapi bisa diselesaikan secara baik," kata dia.

Ketua PWNU Jawa Barat Juhadi juga menyambut baik pertemuan di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur itu. "Kami mengucapkan syukur Alhamdulillah atas terlaksananya islah," katanya pada Jumat, 26 Desember 2025.

Ketua PWNU Kepulauan Bangka Belitung Masmuni Mahatma mengapresiasi sikap Yahya Cholil dan Rais Aam Miftachul Akhyar yang sepakat berdamai untuk menyelesaikan konflik internal, termasuk inisiatif sesepuh NU serta mustasyar. Dia menilai sikap itu sebagai ilustrasi keteladanan dari dan untuk kemaslahatan jam'iyah. "Semoga menjadi pencerahan dan energi konstruktif bagi generasi," ucapnya dihubungi pada Jumat, 26 Desember 2025.

Keputusan islah ini akan ditindaklanjuti dengan pelaksanaan Muktamar ke-35. Masmuni menyatakan pelaksanaan muktamar itu harus mengikuti kesepakatan yang terjalin dalam pertemuan di Pesantren Lirboyo pada akhir Desember ini. Salah satunya dengan menggelar konferensi besar NU.

‎Masmuni mengatakan jajaran pengurus di wilayahnya akan menyampaikan sejumlah aspirasi untuk pembenahan organisasi NU ke depan. "Misalnya menyangkut program realistik yang menyentuh keberadaan dan kebutuhan sosial perekonomian jamaah," kata dia.

‎Samsul Ma'arif mendorong agar PBNU segera membentuk kepanitiaan untuk pelaksanaan muktamar mendatang. Dia sepakat pelaksanaan forum permusyawaratan tertinggi organisasi itu harus dipercepat lantaran ada sejumlah masalah yang perlu segera dibenahi. "Segera menentukan kapan dan di mana muktamar akan dilaksanakan," ucap Samsul.

Sebelumnya Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf berujar bahwa telah sepakat mengakhiri dualisme kepemimpinan di organisasinya bersama Rais Aam Miftachul Akhyar. Kesepakatan itu akan ditindaklanjuti dengan pelaksanaan muktamar. “Hari ini kita semua menjadi saksi sebuah peristiwa yang menyejukkan. Islah telah tercapai dan kami bersama Rais Aam telah menyepakati bahwa solusi terbaik untuk jam’iyah adalah melalui muktamar bersama,” kata Yahya dalam keterangan tertulis pada Kamis, 25 Desember 2025.

Menurut Yahya, islah tercapai setelah perdebatan alot di antara kedua kubu dalam pertemuan tersebut. Namun, ia menekankan bahwa pertemuan diakhiri dengan hasil kepemimpinan PBNU akan di bawah komandonya sebagai ketua umum hingga muktamar mendatang.

“Kesepakatan ini akan segera kami tindak lanjut dengan pembentukan panitia muktamar. Kami akan bersama-sama menyukseskan forum tertinggi jam’iyah ini dengan damai dan bermartabat,” ujar kakak mantan Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas, ini.

‎Katib Aam PBNU Muhammad Nuh mengatakan Rais Aam Miftachul Akhyar sudah memaftkan Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf. Pemberian maaf tersebut sekaligus mengakhiri konflik internal PBNU antara kubu Rais Aam dan Yahya Staquf.

Nuh mengatakan Miftachul Akhyar sudah memaafkan kelalaian Yahya Staquf yang menghadirkan peneliti pro-Israel, Peter Berkowitz, sebagai narasumber dalam acara Akademi Kepemimpinan Nasional Nahdlatul Ulama di Jakarta, pada 15-16 Agustus 2025. "Rais Aam dan Wakil Rais Aam juga menyampaikan sikap kebesaran jiwa dengan memberikan maaf atas permohonan maaf Ketua Umum PBNU," kata Nuh dalam keterangan tertulis, pada Kamis, 25 Desember 2025.

Menurut Nuh, pemberian maaf dari jajaran Syuriyah kepada Yahya Staquf merupakan tradisi NU yang mengedepankan akhlak, tabayun, dan penyelesaian masalah secara bijaksana. Keputusan untuk memaafkan kesalahan Yahya, kata dia, juga datang dari kebutuhan keberlangsungan organisasi. ‎“Semangat yang dibangun adalah kebersamaan dan menjaga keutuhan organisasi,” ujar Nuh.



‎Dian Rahma berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Read Entire Article