Harita Nickel Raih Penghargaan Green Corporate Movement di Tempo Energy Day 2025

20 hours ago 3

INFO NASIONAL - PT Trimegah Bangun Persada Tbk (Harita Nickel) mendapatkan penghargaan Apresiasi Green Corporate Movement: Certificate of Recognition for Energy Transition dalam acara Tempo Energy Day 2025, yang digelar di The Hub Sinarmas Land, Jakarta, Rabu, 10 Desember 2025. Penghargaan ini diberikan kepada Harita karena berfokus pada inisiatif pemanfaatan biosolar, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), rekuperasi panas dari pabrik asam sulfat, pemanfaatan gas batubara, pemanfaatan minyak goreng bekas, dan penggunaan kendaraan listrik yang telah memberikan dampak berupa penurunan 1.610.582 tCOe emisi gas rumah kaca.

Direktur Utama Tempo Media Group, Arif Zulkifli, mengatakan Apresiasi Green Corporate Movement: Certificate of Recognition for Energy Transition, adalah bentuk apresiasi kepada perusahaan yang telah berkontribusi nyata dalam mendorong ketahanan energi dan percepatan transisi menuju masa depan berkelanjutan, dengan penekanan kuat pada aspek ESG (Environmental, Social, and Governance). "Harapan kami semakin banyak perusahaan yang terinspirasi untuk ikut bergerak bersama, dan publik semakin sadar tentang pentingnya energi bersih," kata Arif.

Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca

Executive Vice President Environmental Affairs Harita Nickel, Iwan Syahroni, menyatakan, penghargaan ini menjadi dorongan bagi pihaknya untuk terus memperkuat upaya transisi energi di seluruh operasi Harita Nickel. "Terima kasih kepada Tempo atas apresiasi ini. Pengakuan ini menunjukkan bahwa langkah-langkah yang kami lakukan dalam mendorong efisiensi energi dan mengurangi emisi berjalan on track dan memberikan hasil nyata," kata Iwan.

Iwan menjelaskan, Harita Nickel berupaya mengurangi emisi karbon sebagai bagian dari komitmen Indonesia untuk mencapai net zero emission pada tahun 2060 atau lebih cepat melalui decarbonization roadmap. Pada 2023, Harita Nickel bersama USAID menyusun jalur dekarbonisasi tiga fase (jangka pendek, menengah, dan panjang).

Para penerima penghargaan apresiasi berfoto bersama pada ajang Tempo Energy Day 2025 yang digelar Tempo Media Group di The Hub Sinarmas Land, Jakarta, pada Rabu, 10 Desember 2025. TEMPO/Hendy Mulia

Studi ini menilai berbagai skenario pengurangan emisi melalui efisiensi energi; pemanfaatan energi terbarukan seperti dari energi surya, hidro, dan angin; optimalisasi teknologi yang sudah ada; serta pengembangan peralatan baru yang lebih hemat energi. Menurut Iwan, hasil kajian ini menunjukkan adanya peluang signifikan untuk mengurangi emisi melalui inovasi teknologi, pemanfaatan sumber daya secara optimal, dan kolaborasi strategis.

"Roadmap ini menegaskan komitmen Harita Nickel untuk menjalankan transisi energi yang terukur, ilmiah, dan berkelanjutan sebagai bagian dari target jangka panjang menuju operasi rendah karbon," ujarnya.

Saat ini, Harita Nickel telah mengembangkan beberapa energi baru terbarukan. Pertama, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). "Tenaga surya menjadi landasan transisi kami menuju operasi yang lebih bersih dan berkelanjutan," ujar Iwan.

Harita Nickel menggunakan tiga aplikasi panel surya yakni, penerangan jalan, sistem terpasang di tanah untuk Menara Telekomunikasi, dan instalasi atap di perumahan atau mess karyawan. Inisiatif ini menghasilkan 462 GJ energi dan menghindari 158 tCO2 e emisi GRK.

"Kami juga sedang memasang tambahan panel surya atap berkapasitas 40 MWp, yang saat ini sedang dalam pembangunan dan dijadwalkan beroperasi sebelum akhir 2025," ucapnya.

Kedua, Waste Heat Recovery (WHR). Teknologi ini memanfaatkan uap dari proses pengolahan nikel untuk menghasilkan kembali energi, berkontribusi besar pada pengurangan emisi yang berhasil dihindari.

Ketiga, Pemanfaatan Biosolar. Iwan menjelaskan, Harita Nickel saat ini menggunakan Biosolar, yaitu campuran bahan bakar yang mengandung 35 persen bahan berbasis hayati, meningkat dari sebelumnya yang sebesar 30 persen. Proses ini menghasilkan 1.213.663 GJ energi, menghindari 88.937 tCO2 e emisi GRK. 

"Perusahaan berencana untuk lebih meningkatkan proporsi bahan bakar berbasis hayati dalam total konsumsi bahan bakarnya menjadi 40 persen pada tahun 2025," kata dia.

Keempat, Bahan Bakar Alternatif, yakni pemanfaatan untuk mendaur ulang minyak goreng bekas di tungku pembakaran untuk mengurangi konsumsi batu bara. Proses ini menghasilkan 1.545 GJ energi, menghindari 1.419 tCO2 e emisi GRK. "Penggunaan kembali minyak goreng terus diimplementasikan sebagai bagian dari upaya meningkatkan keberlanjutan energi," ujarnya.

Iwan menegaskan, Harita Nickel percaya bahwa keberhasilan mencapai net zero emission 2060 dapat dicapai melalui kolaborasi erat antara pemerintah, sektor industri, dan mitra strategis. "Harita Nickel siap berkontribusi melalui inovasi berbasis sains, investasi berkelanjutan, serta implementasi roadmap dekarbonisasi yang jelas dan terukur untuk mendukung percepatan transisi energi nasional," kata Iwan. (*)

Read Entire Article